Tenggarong- Kerupuk Rengginang asal Tenggarong, Kutai Kartanegara, semakin populer dan banyak dicari. Produk olahan industri rumahan ini tidak hanya disukai warga lokal, tetapi juga mulai merambah pasar yang lebih luas berkat cita rasanya yang gurih dan teksturnya yang renyah.
Proses Pembuatan yang Telaten Menjamin Kualitas
Salah satu rahasia kelezatan Kerupuk Rengginang Tenggarong terletak pada proses pembuatannya yang membutuhkan ketelitian tinggi. Berbeda dengan kerupuk biasa, rengginang terbuat dari beras ketan yang diolah melalui beberapa tahap sebelum siap dinikmati.
-
Pemasakan Beras Ketan – Beras ketan dimasak hingga matang sebelum dicetak.
-
Pencetakan – Setelah matang, adonan dibentuk bulat pipih sesuai ukuran yang diinginkan.
-
Penjemuran – Proses ini memakan waktu hingga 3 hari, tergantung cuaca. Penjemuran yang sempurna menentukan kekeringan dan kerenyahan rengginang.
-
Penggorengan – Setelah kering, rengginang digoreng hingga mengembang dan siap dikemas.
Proses yang cukup panjang ini menjadikan Kerupuk Rengginang Tenggarong memiliki tekstur yang sempurna—renyah di luar, garing di dalam, dan tidak mudah melempem.
Kisah Sukses Bermula dari Ketidaksengajaan
Usaha Kerupuk Rengginang milik Sumaji, seorang pengusaha rumahan di Kelurahan Maluhu, Tenggarong, berawal dari cerita unik. Awalnya, Sumaji hanya membuat rengginang untuk cucunya yang meminta. Namun, karena sang cucu tidak jadi mengambilnya, ia pun memberanikan diri menjualnya ke toko-toko sekitar.

Baca Juga: Pemkab Kukar Kebut Sertifikasi Aset Tanah, Target 100 Sertifikat Tahun Ini Aset Daerah Belum Tertib
“Waktu itu saya cuma buat 1 kg beras ketan, ternyata laris. Akhirnya, saya dan istri terus produksi sampai sekarang,” kenang Sumaji.
Kini, usaha yang telah berjalan 4 tahun itu mampu memproduksi hingga 12 kg beras ketan per hari, dengan permintaan yang terus meningkat, terutama saat hari raya seperti Idul Fitri dan Idul Adha.
Meski produksi terus meningkat, pemasaran Kerupuk Rengginang Sumaji masih terbatas di beberapa wilayah di Kutai Kartanegara, seperti:
-
Pasar Loa Kulu
-
Pasar Loa Janan
-
Pasar Mangkurawang
“Kami masih mengantar pesanan pakai motor. Kalau permintaan sedang tinggi, kadang kewalahan,” ujar Sumaji.
Setiap bungkus Kerupuk Rengginang berisi 24 biji dan dijual seharga Rp15.000. Dengan permintaan mencapai ratusan bungkus per minggu, usaha ini memiliki potensi besar untuk berkembang.
Salah satu kendala yang dihadapi Sumaji adalah kemasan produk yang masih sederhana—hanya menggunakan plastik bening dengan cap nama usaha. Selain itu, sertifikasi dan izin usaha juga menjadi hambatan karena biayanya yang relatif mahal bagi pelaku UMKM.
“Kami berharap ada dukungan dari pemerintah, terutama dalam hal kemasan dan perizinan, agar produk kami bisa lebih berkembang,” ungkap Sumaji.
Potensi Kerupuk Rengginang Tenggarong untuk Go Nasional
Dengan cita rasa yang khas dan proses pembuatan yang telaten, Kerupuk Rengginang Tenggarong memiliki peluang besar untuk menjadi oleh-oleh khas Kalimantan Timur. Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk pengembangan usaha ini antara lain:
-
Inovasi Kemasan – Kemasan yang lebih menarik dan higienis akan meningkatkan nilai jual.
-
Sertifikasi Pangan – Memiliki izin P-IRT atau BPOM akan memudahkan pemasaran ke pasar modern.
-
Pemasaran Digital – Memanfaatkan media sosial dan e-commerce untuk menjangkau konsumen lebih luas.
-
Dukungan Pemerintah – Bantuan pelatihan, modal, atau promosi dari dinas terkait dapat membantu pengembangan UMKM.